B O L M O N G – – Langit Bolaang Mongondow seolah ikut berduka. Awan kelabu menyelimuti rumah duka yang berada di Desa Mopuya Kabupaten Bolmong saat mobil ambulans yang membawa jenazah Pratu Afrio Setiawan perlahan mendekat. Di hadapan pasukan yang berdiri tegap dan keluarga yang tak kuasa menahan tangis, Komandan Kodim 1303/Bolmong, Letkol Inf Fahmil Harris SIP, menyambut sang prajurit muda dengan penuh hormat dan mata yang berkaca-kaca.
Pratu Afrio Setiawan, putra asli Desa Mopuya, menjadi salah satu korban yang gugur saat pemusnahan amunisi tidak layak pakai atau kedaluwarsa di Garut, Jawa Barat. Ia gugur dalam tugas di usia yang masih sangat muda, dalam pengabdian yang belum selesai.
Dandim 1303/Bolmong Letkol Inf Fahmil Harris, dengan langkah tenang namun berat, menyambut dan berdiri sejenak di samping peti jenazah yang terbalut bendera Merah Putih. Ia memberi hormat, lalu meletakkan tangannya di atas peti. Tak sepatah kata pun terucap, namun bahasa duka begitu terasa dari sorot matanya.
“Dia bukan hanya prajurit kami, dia adalah anak kami, saudara kami,” ucap Letkol Fahmil lirih, saat mengantar jenazah ke rumah duka. “Kami tidak hanya kehilangan seorang anggota, tapi juga kehilangan bagian dari keluarga besar Kodim Bolmong.”
Di rumah duka, isak tangis keluarga pecah. Ibunda almarhum memeluk erat foto sang anak, seolah tak ingin melepaskan. Ayahnya hanya duduk diam, menatap peti dengan pandangan kosong namun penuh kebanggaan. “Pratu Afrio memang bercita-cita jadi tentara sejak kecil. Kami bangga padanya, meski hati kami hancur,” ucap sang ayah dengan suara bergetar.
Warga sekitar berdatangan memberikan penghormatan. Seorang tetangga bahkan menyempatkan diri untuk menceritakan kebaikan hati almarhum. “Dia anak yang sopan. Setiap pulang dari tugas, selalu datang cium tangan orangtua. Kami semua merasa kehilangan,” kata Ibu Melinda, tetangga almarhum.
Upacara militer akan digelar esok hari untuk menghormati kepergian Pratu Afrio Setiawan. Ia akan dimakamkan di tanah kelahirannya, dengan iringan doa, tembakan salvo, dan air mata dari mereka yang mencintainya.
Malam ini, Desa Mopuya menjadi saksi bisu kepulangan seorang prajurit yang gugur dalam tugas. Di balik kesunyian dan kabut duka, terselip semangat juang dan cinta tanah air yang tak akan pernah padam. Pratu Afrio Setiawan pulang, bukan sebagai anak biasa, tapi sebagai pahlawan.