KILASSULUT.COM – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan kesiapsiagaan Nasional untuk melawan terorisme. Salah satunya yakni melalui peran perempuan dan anak.
Dalam kegiatan Bidang Perempuan dan Anak yang mengangkat tema “Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme” tersebut, perempuan diharapkan menjadi agen perubahan untuk melawan paham radikal.
Disampaikan Ketua Forum Koordinasi Penanganan Terorisme (FKPT), Aliansyah Mahadi, mengatakan bahwa kegiatan dari Bidang Perempuan dan Anak tersebut merupakan rangkaian kegiatan Kesiapsiagaan Nasional yang dilakukan oleh BNPT yang dilaksanakan di daerah.
“Untuk program ini merupakan program rutin tahunan BNPT yang dilaksanakan oleh FKPT di daerah,” ujarnya, Selasa (22/3/2022), didampingi Kabid Perempuan dan Anak FKPT Kalsel, Dr.Hj.Nida Mufidah, M.Pd.
Kegiatan yang dibuka secara langsung oleh Kepala BNPT, Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, di salah satu hotel berbintang di Banjarmasin di ikuti para perempuan dari unsur pemerintah, perempuan TNI Polri, organisasi perempuan, juga muslimah agama.
Dalam kegiatan tersebut kata Aliansyah pokok pembahasan yang ditekankan yakni bagaimana perempuan bisa menjadi agen perubahan dalam melawan terorisme.
Hal tersebut juga sesuai dengan survey yang dilakukan oleh BNPT tahun 2020 dimana index potensi radikal tersebut cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, masyarakat urban dan anak muda.
“Jadi konteksnya dengan kegiatan tadi sudah sangat jelas, kita mengharapkan perempuan sebagai agen perdamaian, memiliki literasi digital dan kemampuan untuk mengembangkan itu,” jelasnya.
Untuk itu ia berharap dengan kegiatan tersebut peran perempuan di Kalsel khususnya harus benar-benar bisa menjadi agen perubahan.
Terutama ditengah digitalisasi saat ini. Dimana sosial media mampu menjadi wadah masuknya paham radikal tersebut.
Disini peran perempuan tersebutlah yang sangat diharapkan untuk bisa melakukan pencegahan paham radikal dan terorisme.
“Karena sosial ini sangat luar biasa, jadi disitu kita harapkan peran perempuan dalam hal ini Ibu-ibu bisa membimbing anak-anaknya dan keluarganya,” ungkapnya.
“Jadi disitu harus benar-benar diperhatikan. Karena saat ini yang sangat rentan terpapar paham radikal itu adalah remaja,” sambungnya.
Terlebih diketahui saat ini pengguna sosial media ini adalah anak-anak muda, generasi melenial hingga generasi Z.
“Jadi peran serta perempuan untuk mencegah paham radikal melalui media sosial itu mungkin tentu salah satu upaya bagaimana kita, dalam hal ini Ibu atau perempuan harus sudah mampu mendidik anaknya dari masa tingkat PAUD hingga ke level yang lebih tinggi,” pungkasnya.